Pertanyaan:
“Saat melakukan kejahatan masikah hati nurani timbul?? Ataukah nafsu, sedangkan menurut suatuh teori dikatan bahawa manusia pada dasarnya baik dan tidak mempunyai niatan melakukan kejahatan?”
Pembahasan:
Sebelum lebih jauh membahasa tentangpertanyaan di atas, mari kita pahami dulu arti dari kejahatan, kejahatan menurut arti kata yakni sangat jelek, buruk; sangat tidak baik (tt kelakuan, tabiat, perbuatan): orang itu -- hatinya, suka sekali menghina orang yg tidak mampu; ber·ja·hat v 1 berbuat jahat (spt berzina); berbuat dosa; 2 bercakap-cakap menjelek-jelekkan nama baik orang lain; memfitnah(kan); men·ja·hati v berbuat jahat thd: ia sering ~ orang yg tidak bersalah; men·ja·hat·kan v 1 menyebabkan jahat; 2 menganggap jahat; memburukkan; menjelekkan; pen·ja·hat dan orang yg jahat (spt pencuri, perampok, penodong). Sedangkan arti kejahatan ialah : sebuah tidakan atau sifat yang melakukan suatu tindakan yang tidak baik.
“Saat melakukan kejahatan masikah hati nurani timbul?? Ataukah nafsu, sedangkan menurut suatuh teori dikatan bahawa manusia pada dasarnya baik dan tidak mempunyai niatan melakukan kejahatan?” dari hal ini saya dapat menemukan bahwa sebenarnya hati manusia tidak pernah ingin untuk melakukan sebuah kejahatan dlam bentuk apapun, namun knapa masih ada kejahatan, hal inilah yang mendasri saya untuk mengankat pertanyaan ini, karena kembali lagi manusia itu baik.
Namun statement saya terbantakan oleh sebuah realita di lapangan di mana banyak kejadian perampokan, pemerkosaan, pembunuhan. Sehingga pertanyaan saya berkembang “manusia yang jahat atau manusia yang berbuat jahat?” apakah manusia jahat?? Saya rasa tidak, karena pada dasarnya manusia memeliki hati nurani yang tidak ingin berbuat jahat, misalnya: saat kita berbuat jahat tanpa di sadari dalam diri dan hati nurani kita menyuruh untuk melakukan sebaliknya, menyuruh kita untuk tidak melakukannya, namun tetap saja kita melakukannya dan akhirnya penyesalan di belakang, itu yang sering terjadi. Dan bagaimana bila tidak ada penyesalan?? Dalam dunia psikologi mengatakan pada dasarnya stiap hati manusia memiliki sisi baik tinggal kebiasaan itu sendiri, semakin biasa dia melakukan kejahatan maka dia akan semakin biasa dan mengagapnya perbuatan yang biasa, sehingga hati kecilnya tertutup oleh sebuah pembenaran akan tindakan yang buruk itu tersebut.
Sedangakan penggalan statement yang kedua mungkin pembenaran yaitu “manusia berbuat jahat?” dalam konteks ini memungkinkan manusia berbuat jahat karena pada dasarnya manusia di ciptakan memiliki akal dan nafsu sehingga mamungkin kan adanya pemikiran berbuat jahat. Hal itu mungkin diskripsi palink rasional dari timbulnya kejahtan ato kenapa manusia melakukan kejahatan. Namun sebuah konsep baru ini menimbulkan sebuah pertanyaan baru “mengapa manusia melakukan kejahatan, apa bila pada dasarnya manusia memiliki akal dan nalar?”.
Konsep pemahaman tentang penyebab kenapa manusia yang pada awalnya baik dapat berupa menjadi liar dan berbuat kejahatan menurut beberapa ahli banyak hal yang menyebabkannya selain dari individu itu sediri factor extern juga berpengaruh tentang perubahan pelaku seseorang. Dari berbagi artikel dan buku saya menemukan beberapa hal, yakni:
v Lingkungan Keluarga, karena kurangnya kasih sayang dari orang tua maupun dalam keluarganya, tanpa di sadari orang itu akan merasa sendiri dan kesepian. Karena perhatian orang tua, dengan bimbinganyalah orang tersebut dapat terhindar dari rasa ingin berbuat jahat. Jika perhatian orang tua kurang terhadap anaknya, maka secara tak langsung, si anak akan berniat dan berbuat jahat.
v Sosok Teman, karena tidak semua teman itu baik. Jika seseorang mendapatkan teman yang pergaulannya jelek, maka secara bertahap orang itu dapat terpengaruh dengan hal tersebut. Kerena teman adalah orang terdekat dari kita bahkan cenderung lebih dekap dan dapat berimbas langsung dengan kihiudpan keperibadian kita.
v Lingkungan Sekitar, secara umum jika lingkungannya baik, maka orang-orang yang di lingkungan itu akan baik pula. Tapi sebaliknya, jika lingkungannya buruk, maka orang-orangnya cenderung akan menjadi berprilaku buruk. Tapi semua itu kembali lagi dari individunya, kalu orang tersebut baik, biarpun lingkungannya buruk, maka dia tetap baik, karena emas, biarpun berada di tong sampah, maka ia akan tetap di bilang emas.
v Ekonomi, dengan ekonomi yang kurang memadai dan kurangnya kepuasan yang dimiliki, maka orang tersebut dapat berbuat jahat, tanpa memikirkan apa yang akan terjadi kedepannya, supaya mendapatkan apa yang diinginkan.
v Perasaan Iri, dengan melihat kelebihan yang dimiliki seseorang, dan merasa tidak mampu buat menyainginya. Maka orang dapat berbuta jahat, supaya dapat menyainginya.
v Niat Yang Dimiliki, setiap memiliki niat, maka orang tersebut secara tak langsung akan mengikuti niatnya. Tetapi tergantung niat yang dimilikinya, niat yang negatif atau positif, dalam hal ini prespektif arti niat adalah nafsu, nafsu yang merangsang sel untuk berkerja dan berkehendak seperti akal.
v Tekanan Batin, karena apabila batin seseorang tertekan, maka dia akan melakukan segala sesuatuyang diinginkannya, tanpa adanya pemikiran yang panjang (irasional) dan cenderung di bawah nalar logika kebanyakan manusia.
v Kurangnya Dekat Dengan Tuhan, karena jika seseorang dekat dengan tuhannya, maka pasti hati dan batin orang tersebut akan merasa sejuk dan damai dan selalu memikirkan hal-hal yang positif. Karena jika seseorang tidak terlalu dekat dengan tuhannya, maka faktor yang lebih besar akan membuat seseorang akan berbuat jahat. Faktor tersebut adalah, hasutan Syetan.
Dari bebrapa artikela yang saya baca di atas saya menyimpulakn bahwa sesungguhnya yang menyebabkan manusia berbuat jahat ialah bahwa adanya sebuah kesempatan serta di dukung oleh penempatan waktu yang tepat, sehingga situasi dan kondisi yang di munculkan pelaku sangat mendukung untuk terjadinya kejahatan.
Sedang dari kacamata agama kejahatan yang di lakuan manusia sering di akibatkan oleh lemanya tingkat kesadaran imanan sesorang individu kepada tuhannya, sehingga dia di sesatkan oleh hawa nafsunya sendiri. Jadi, jika ingin terjauh dari perbuatan jahat, kita harus lebih dekat dengan keluarga kita. Jika ingin berteman, bertemanlah dengan teman yang baik, boleh saja berteman dengan teman yang kurang baik, tapi kita tidak boleh diwaranainya, tapi kita lah yang harus mewarnainya. Satu hal yang paling terpenting, selalu dekat dengan tuhan, menjalankan perintah tuhan, patuhi apa yang diperintahkan, jauhi apa yang di bencinya dan yang palink penting dari itu semua ialah meningkatkan keimanan kita serta mendasari setiap tindakan dengan pemikiran jangka panjang terhadap semua yang kita lukan baik dampak jangka panjang maupun pedeknya. Dan mencoba , selalu bersyukur kepada tuhan untuk apa yang telah kita peroleh maka kita akan merasa lapang akan kenikmatannya. Dengan ini kita tidak akan terpancing oleh keinginan maupun godaan untuk melkuakan kejahatan.
Jadi analisis ringgannya, bahwa sebenarnya yang menyebabkan sebuah kejahatan selain fator individu juga berpengaruh fator pendorongnya itu sendiri, seperti perkataan yang say kutip dari Bang Napi “Bukan hanya ada NIAT dari pelakunya, tapu juga kearena ada KESEMPATAN” begitulah bunyi pesan dari seseorang yang mencerminkan napi ( pelaku kejahatan) bahwa sebernanya itulah factor yang paling realistis untuk di kembangkan untuk mencari tentang hipotesa awal yakni, “Saat melakukan kejahatan masikah hati nurani timbul?? Ataukah nafsu, sedangkan menurut suatuh teori dikatan bahawa manusia pada dasarnya baik dan tidak mempunyai niatan melakukan kejahatan?”, kesimpulannya bahwa sebenarnya hati nurani manusia masih terjaga hal ini dapat di lihat bahwa di setiap akhir perbuatan akan menimbulkan penyesalan dari si pelaku kejahatan, sedangkan factor yang menyebabkannya ialah selain dorongan dari diri atau factor luar, namun kesempatanlah yang sesungguhnya berpengaruh besar dalam terjadinya tindak kejahatan oleh manusia. “JADI BUKAN MANUSIA YANG JAHAT NAMUN MANUSIA DAPAT BERBUAT JAHAT”.
0 komentar:
Posting Komentar